Sabtu, 13 Juni 2009

Senangnya melakukan pembelajaran fluida

Materi fisika di kelas XI IPA semester genap tentu kita sebagai guru fisika sudah hafal diluar kepala, yaitu :

1.Dinamika Rotasi
2.Kesetimbangan Benda Tegar
3.Fluida Statis
4.Fluida Dinamis
5.Hukum-hukum Gas Ideal dan Teori Kinetik Gas
6.Hukum Termodinamika

Keenam materi tersebut pada dasarnya membahas 3 hal, yaitu : Benda tegar, Fluida dan Gas Ideal. Jika semester ganjil mati-matian mengulik benda berbentuk titik/partikel, maka pada semester genap tidak membahas benda titik.

Sepanjang pembelajaran di semester genap, saya paling menyukai pembelajaran tentang fluida. Mengapa demikian? Karena pembelajaran materi fluida sangat banyak contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan cuma itu, pembelajaran fluida ini pun merupakan pembelajaran yang paling banyak bisa didemokan di depan kelas.
Demonstrasi yang bisa dilakukan :

Demo tentang tekanan, tekanan hidrostatis dan tekanan atmosfir :
1.Mengiris roti dengan pisau di bagian yang tajam dan yang tidak tajam.
2.Menekan paku payung dan paku biasa dengan jari tangan.
3.Menyiapkan botol-botol aqua yang berbeda diameternya dan melubangi di beberapa tempat untuk melihat jauhnya air memancar.
4.Meremukkan kaleng minuman dengan tekanan udara. (sedikit air dimasukan dalam kaleng lalu dipanaskan hingga mendidih, kemudian kaleng dengan cepat dibalik dan dimasukkan ke dalam air dingin)

Demonstrasi tentang Hukum Pascal :
1.Menghubungkan dua suntikan yang berbeda diameter tabungnya dengan pipa plastik.
2.Membawa dongkrak mobil ke dalam kelas.

Demonstrasi tentang hukum Archimedes :
1.Membawa benda yang bisa melayang, terapung dan tenggelam.
2.Membuat balon berisi air yang ditaruh didalam botol aqua yang penuh air dan tertutup. Dengan menekan botol aqua kita bisa membuat benda tersebut naik atau turun.
3.Menugaskan siswa membawa benda yang bisa melayang di dalam air

Demonstrasi tentang tegangan permukaan, kapilaritas dan meniskus :
1.Membawa silet dan menantang siswa untuk mengapungkannya di atas air.
2.Melihat naiknya air pada serbet/tisu yang ujungnya ditaruh di air.
3.Melihat kecekungan permukaan air pada sedotan atau tabung reaksi.
4.Melihat naiknya air yang diberi warna biru pada batang tumbuhan.

Demonstrasi tentang Prinsip Bernoulli :
1.Meniup uang logam sehingga masuk ke dalam gelas.
2.Membuat semprotan dengan gelas aqua dan dua buah sedotan

Selain itu, banyak sekali contoh-contoh kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan fluida ini sehingga pembelajaran sangat bersifat kontekstual dan aplikatif dan juga menyenangkan.

Mungkin rekan-rekan lain dapat menambahkan daftar di atas?

Minggu, 03 Mei 2009

SOAL DAN JAWABAN UN FISIKA 2009

Silahkan mendownload soal UN Fisika (hasil scan) dan jawabannya (menurut versi saya). Mengenai analisis soal dan pembahasan soal akan saya upload kemudian. Klik saja link di bawah ini :


SOAL UN FISIKA 2009 TIPE A


SOAL UN FISIKA 2009 TIPE B

KUNCI JAWABAN SOAL UN FISIKA 2009


S'moga berguna...

Jumat, 20 Februari 2009

MATERI FISIKA YANG TIDAK MASUK SKL 2009

Jika kita mencermati SKL Mata Pelajaran Fisika untuk UN 2009 yang diungkapkan di PERMEN no. 77 tahun 2008 (download disini kalo belom punya yach ...) , maka kita akan mendapati ternyata cukup banyak materi fisika SMA yang tidak tercakup pada SKL tersebut. Jika kita sebagai mengetahui ini, maka kita akan lebih mempertajam soal-soal latihan UN Fisika kepada anak didik kita.

Inilah materi-materi fisika yang tidak masuk SKL Fisika UN 2009 :

Kelas X Semester 1
1.Dimensi
2.Mikrometer sekrup
3.Pengukuran berulang dan ketelitiannya
4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran

Kelas X Semester 2

1.Pemantulan cermin datar, cembung dan cekung
2.Pembiasan pada bidang datar, bidang lengkung, lensa cembung dan lensa cekung
3.Mata dan Kacamata
4.Lup
5.Kamera
6.Skala termometer
7.Pemuaian panjang, luas dan volume
8.Jembatan Wheatstone
9.Hambat jenis
10.Sejarah perkembangan teori cahaya

Kelas XI Semester 1

1.Hukum Newton I
2.Potensial gravitasi dan Energi Potensial gravitasi
3.Kecepatan lepas
4.Kecepatan orbit
5.Gerak Harmonik
6.Bandul sederhana
7.Gerak harmonik pegas
8.Teorema momentum-Impuls

Kelas XI Semester 2

1.Analisis Kesetimbangan benda tegar
2.Tekanan hidrostatis
3.Tekanan atmosfir
4.Hukum pokok hidrostatika
5.Hukum Pascal
6.Hukum Archimedes (terapung, melayang dan tenggelam)
7.Tegangan permukaan
8.Meniskus
9.Kapilaritas
10.Viskositas (Hukum Hooke)
11.Hukum Termodinamika I
12.Mesin pendingin

Kelas XII Semester I

1.Gelombang stasioner
2.Gelombang stasioner pada tali ujung terikat dan ujung bebas
3.Hukum Melde
4.Gelombang stasioner pada dawai
5.Gelombang stasioner pada pipa organa
6.Gelombang bunyi
7.Pelayangan
8.Efek Doppler pada cahaya
9.Polarisasi
10.Hukum Gauss
11.Potensial dan energi potensial listrik
12.Rangkaian kapasitor
13.Induksi magnet pada solenoida dan toroida
14.Galvanometer dan motor listrik
15.Fluks Magnet
16.Induktor/Solenoida
17.Generator listrik

Kelas XII Semster 2

1.Persamaan Stefan-Boltzman
2.Efek fotolistrik
3.Teori Atom model mekanika kuantum
4.Teori Relativitas khusus Einstein
5.Energi dan massa relativistik
6.Waktu paruh
7.Dosis serapan

Kira-kira inilah hasil pengamatan saya, mohon dikoreksi jika ada yang salah.

Kamis, 19 Februari 2009

MADING FISIKA

Biasanya peminat pelajaran IPA di SMA jumlahnya cukup sedikit dibandingkan peminat pelajaran IPS. Buktinya hitung saja jumlah kelas IPA dan jumlah kelas IPS. Pasti (atau seringnya) lebih banyak jumlah kelas IPS. Mengapa demikian? Mungkin karena disebabkan pelajaran IPA (Fisika, kimia dan matematika) seringkali dianggap pelajaran yang susah! Masih lebih mudah pelajaran IPS yang menghitungnya tidak ada (lebih sedikit).

Harus diakui, inilah fenomena yang terjadi. Maka, tugas guru-guru mata pelajaran IPA-lah yang harus memikirkan trik-trik dan tips-tips agar pelajaran ini tidak menjadi momok yang cukup menakutkan bagi sebagian besar siswa SMA di Indonesia.

Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan memafaatkan tugas proyek siswa, yaitu proyek mading fisika. Cobalah perhatikan contoh di bawah ini.







Foto-foto di atas adalah hasil kreasi anak-anak SMA kelas XII IPA. Ya! Dengan memberi mereka tugas proyek mading fisika yang hasilnya ditempelkan diseputar sekolah, maka ada bebrapa keuntungan yang kita peroleh :
1. Motivasi atau ketertarikan siswa terhadap fisika semakin bertambah
2. Pengetahuan mereka makin luas untuk melihat menariknya ilmu fisika
3. Dapat membuat siswa-siswa kelas lain juga menikmati indahnya pelajaran fisika ini

Tugas MADING FISIKA ini diberikan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Mengerjakan secara berkelompok @ 2 orang.
2. Topik mading adalah fisika, isinya harus ada kaitannya dengan topik-topik fisika dan tidak perlu harus sesuai pelajaran di kelas.
3. Gambar dan tulisan artikel boleh dalam tulisan tangan, digunting dari majalah atau koran, atau print komputer dengan memakai warna-warna dan diperbolehkan perbedaan tipe huruf.
4. Peletakan artikel maupun gambar tidak kau, tetapi menarik minat orang untuk membaca.
5. Dikerjakan diatas 1 lembar karton spotlight atau sejenisnya yang dilapis oleh plastik trasparan agar tidak kotor atau basah karena hujan.
6. Intinya harus menarik. Orang yang melihat dari jauh langsung tertrik dan orang yang membaca isinyapun tidak cepat bosan.
7. Sebelum ditempelkan di sekeliling sekolah harus diperiksa dulu oleh guru.

Adapun kriteria penilaian proyek ini adalah :
1. Keterkaitan isi mading dengan topik fisika.
2. Isi mading yang jelas dan gamblang membuat pembacanya mengetahui sesuatu yang baru tentang fisika.
3. Estetika mading yang menarik (huruf, warna, gambar, peletakan artikel dan gambar, dll)

Penilaian diberikan untuk setiap point lalu dirata-ratakan, sbb :
Nilai A rentangnya dari 85 - 100
Nilai B rentangnya dari 75 - 84
Nilai C rentangnya dari 65 - 74
Nilai D rentangnya dari 55 - 64
Bilai E rentangnya dari 0 - 55

Proyek ini memberikan penilaian pada bidang psikomotorik.
Selamat memberikan proyek mading fisika.

TIPS MENGERJAKAN SOAL UN 2009

Ada tips menarik bagi anda, siswa yang akan mengikuti UN 2009. Tips ini berguna untuk mengetahui jumlah soal minimal yang harus kita jawab dengan yakin supaya memperoleh hasil yang paling minimal yang kita tentukan sendiri. Tips ini dibagikan supaya anda mengetahui sejauh mana akurasi anda dalam menjawab soal dengan benar, yaitu soal yang menurut kita bisa dikerjakan tanpa harus menebak.

Contoh :
Dalam Try Out UN Fisika 2009, Dari 40 soal yang ada, Budi berkata bahwa dia yakin mengerjakan benar ada 30 soal, 10 soal sisanya dijawab dengan menebak. Nah, setelah dinilai, dari 30 soal yang dia yakin benar itu, ternyata ada salah 5 soal, jadi soal yang benar ada 25 soal (soal yang dijawab benar secara menebak tidak dihitung). Maka kita bisa mengatakan bahwa akurasi Budi menjawab benar soal adalah :

Nilai akurasi ini menurut pengalaman penulis tidak akan jauh berbeda meskipun mengerjakan soal dari mata pelajaran lain, misalnya : Bahasa Indonesia, Matematika, Geografi, dll. Maka anda bisa membuat suatu acuan menurut nilai akurasi yang anda miliki.

Nilai akurasi yang anda miliki ini dapat menjawab pertanyaan :
Berapa soal minimal yang harus saya kerjakan dengan yakin (tanpa menebak) supaya saya dapat memperoleh nilai minimal yang saya tentukan sendiri.
Misalnya anda ingin memperoleh nilai minimal 6 untuk mata pelajaran UN Fisika. Maka berapakah jumlah minimal soal yang harus anda jawab dengan yakin? Untuk menghitungnya, anda harus menentukan dulu variabel-variabel yang anda inginkan, yaitu :

Nilai Akurasi = A (dalam %)
Nilai minimum UN = Nmin
Jumlah soal yang harus dijawab dari 40 soal = n (ini variabel terikat yang anda cari)

Cara menghitungnya ada dua cara. Cara yang pertama adalah cara yang lebih aman karena anda menganggap soal yang anda tebak adalah salah semua. Cara yang kedua yaitu dengan mempertimbangkan kemungkinan bahwa dari soal yang anda tebak 1/5-nya benar, karena menurut teori peluang, dengan option jawaban 5 buah (dari A sampai E), maka peluang menjawab benar adalah 1/5 saja. Mari kita lihat kedua cara itu :

CARA I (menganggap soal yang ditebak salah semua)
Gunakan rumus :

Maka dengan rumus tadi jika Akurasi anda 83% dan Nilai minimum yang anda inginkan adalah 6, maka jumlah soal yang harus anda jawab dengan yakin tanpa menebak haruslah sebanyak 29 soal (hitung sendiri ya…)
Jika Akurasi anda 83% dan anda ingin mendapat nilai yang minimum saja (yang penting lulus) atau nilai 4,5, maka jumlah soal yang harus anda jawab dengan yakin tanpa menebak haruslah sebanyak 22 soal ‘saja’ (ini juga hitung sendiri ya…)

CARA II (menganggap soal yang ditebak memiliki kemungkinan untuk benar 20%)
Pada cara pertama anda tidak memperhitungkan jumlah benar dari jawaban yang anda tebak. Jika 40 soal anda tebak saja secara acak, maka kemungkinan benar adalah 40 x 1/5 = 8, atau nilai anda adalah 2. Angka 1/5 (atau 20%) adalah peluang menjawab benar untuk soal yang terdiri dari 5 option (A sampai E). Ini adalah teori kemungkinan. Cara yang kedua ini selain memperhitungkan akurasi, juga memperhitungkan kemungkinan jawaban benda dari soal yang anda jawab dengan menebak.

Begini rumusnya :


Maka dengan rumus tadi jika Akurasi anda 83% dan Nilai minimum yang anda inginkan adalah 6, maka jumlah soal yang harus anda jawab dengan yakin tanpa menebak haruslah sebanyak 26 soal (hitung sendiri ya…)

Jika Akurasi anda 83% dan anda ingin mendapat nilai yang minimum saja (yang penting lulus) atau nilai 4,5, maka jumlah soal yang harus anda jawab dengan yakin tanpa menebak haruslah sebanyak 16 soal ‘saja’ (ini juga hitung sendiri ya…)

Nah, dari kedua cara di atas, anda tinggal pilih saja mau menggunakan cara yang mana. Memang lebih baik cara kedua karena memperhitungkan teori peluang, tetapi anda saya sarankan berlatih hingga memdapat nilai yang terburuk, maka anda harus memakai cara yang pertama.

Cara mendapat nilai akurasi
Yang terpenting dari kedua rumus di atas adalah bagaimana anda dapat menghitung nilai akurasi yang anda miliki. Hanya itu saja yang harus anda cara, maka anda dapat berlatih menjawab soal sesuai akurai dan nilai minimum yang anda inginkan. Bagaimana caranya mendapat nilai akurasi?

=> Berlatihlah untuk hanya menjawab soal-soal UN yang kamu yakin pasti kamu bisa mengerjakannya (dan usahakan yang ada soalnya ada jawabannya). Soal latihan UN ini harus yang baru yang belum pernah kamu kerjakan sebelumnya.

=> Latihan bisa memanfaatkan Try Out di sekolah, di tempat les atau kamu latihan sendiri di rumah dengan situasi UN yang sesungguhnya.

=> Soal yang kamu tidak bisa janganlah sekali-kali kamu jawab, karena hal itu akan merusak nilai akurasimu sendiri.

=> Meskipun kamu hanya sanggup menjawab 10 dari 40 soal, jangan merasa putus asa dulu karena yang dicari adalah nilai akurasi dulu, dan bukan nilai UN-mu.

=> Setelah kamu mencocokkannya dengan kunci jawaban, maka tinggal menghitung :


=> Setelah mendapat nilai akurasi tersebut, jangan langsung puas, cobalah lagi berkali-kali dengan soal yang berbeda atau dengan mata pelajaran yang berbeda minimal 5 kali supaya kamu yakin dengan nilai akurasimu sendiri. Kalau perlu rata-ratalah nilai akurasimu tersebut.

Demikianlah cara kamu memperoleh nilai akurasi dan langkah selanjutnya tinggal menghitung memakai rumus yang diberikan untuk mendapat jumlah soal yang harus kamu jawab dengan benar dan kuasailah bagian-bagian yang kamu yakin sesuai jumlah soal minimal yang harus kamu jawab.

Semoga tips UN ini berguna.

Senin, 09 Februari 2009

BAGAIMANA MENETAPKAN KKM ?

Tujuan : Setelah membaca postingan ini, diharapkan semua pembaca – terutama guru – sanggup menyusun KKM mata pelajarannya sendiri.


KKM yang merupakan singkatan dari Kriteria Ketuntasan Minimal adalah salah satu tuntutan dari kurikulum KTSP yang berlaku sejak tahun 2006 di Indonesia. Tuntutan ini merupakan kriteria untuk menentukan kelulusan peserta didik. Jika nilai peserta didik berada di atas atau sama dengan KKM maka peserta didik dinyatakan lulus, dan sebaliknya jika nilai peserta didik di bawah KKM, maka peserta didik itu belum dapat dikatakan sudah lulus. Jadi kita sebagai guru harus melihat pentingnya KKM dalan kurikulum KTSP. Pada jaman dulu, penilaian menggunakan sistem merah atau tidak. Nilai di bawah 6 dianggap merah dan nilai 6 ke atas dianggap sudah baik. Sekarang tidak lagi demikian.

Tanpa nilai KKM, maka guru tidak punya acuan menentukan siswa lulus atau tidak. Siswa mendapat nilai 50 pun bisa dianggap lulus jika KKM yang ditetapkan sebesar 50 dan siswa dengan nilai 70 juga bisa tidak lulus jika KKM yang ditetapkan sebesar 75. Satu lagi yang penting, yaitu guru tidak bisa menentukan KKM mata pelajaran dengan metoda kira-kira atau asal menebak saja. Ada kriteria-kriteria tertentu untuk dapat menentukan KKM. Tulisan ini akan merangkum seluk-beluk penentuan KKM dengan ringkas tanpa teori-teori yang njlimet dengan harapan semua guru yang membaca tulisan ini langsung dapat menentukan KKM mata pelajarannya sendiri dengan benar. Hanya saja saya mohon maaf jika contoh-contoh yang saya gunakan saya ambil dari mata pelajaran Fisika SMA/MA karena saya adalah seorang guru Fisika SMA.

Pertama-tama yang perlu kita ketahui adalah tingkatan-tingkatan KKM, yaitu :

1.KKM Indikator
2.KKM Kompetensi Dasar
3.KKM Standar Kompetensi
4.KKM Mata Pelajaran selama 1 Semester atau 1 Tahun
5.KKM seluruh mata pelajaran (atau KKM Satuan Pendidikan)

Tingkatan tersebut berurutan, artinya tanpa ada KKM Indikator, tidak mungkin ada KKM Kompetensi Dasar, dan tanpa ada KKM Kompetensi Dasar, tidak mungkin ada KKM Standar Kompetensi, dan seterusnya. KKM Satuan Pendidikan adalah rata-rata dari seluruh KKM setiap Mata Pelajaran, sehingga semua guru yang mengajar harus dapat memberikan KKM mata pelajarannya kepada pihak sekolah. Jika satu mata pelajaran saja belum ada KKM-nya, maka perhitungan KKM Satuan Pendidikan tidak bisa dihitung.

Jadi, guru harus mulai menghitung KKM-nya berdasarkan KKM yang paling awal, yaitu KKM Indikator, jadi minimal, guru harus mempunyai indikator yang selalu tercantum dalam silabus mata pelajaran. Karena Standar Isi KTSP yang diberikan oleh Pemerintah hanyalah berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar saja, maka setiap guru harus dapat membuat indikatornya masing-masing. Indikator ini berfungsi utuk membuat soal-soal ujian, karena semua soal ujian harus bertolak dari indikator yang dibuat oleh guru tersebut. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) telah mempermudah hal ini dengan memberikan acuan indikator yang seragam berdasarkan hasil musyawarah bersama para guru mata pelajaran di setiap sekolah di suatu wilayah (misalnya : MGMP Fisika Kota Bandung), meskipun demikian, guru mata pelajaran dapat menambahkan atau mengurangi indikator dari MGMP tersebut sesuai tujuannya sendiri (atau membuat sendiri indikatornya) karena itulah inti dari KTSP, yaitu memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada Tingkat Satuan Pendidikan (contoh : SMA, SMP, MA, dll) untuk dapat mengembangkan kurikulumnya sendiri. Indikator yang ditentukan oleh MGMP hanyalah bersifat acuan saja.

Untuk permasalahan indikator, saya menganggap semua guru sudah memilikinya sehingga saya tidak akan membahas cara membuat indikator di tulisan ini. Nah, sekarang bagaimana cara menentukan KKM Indikator? Setidaknya guru harus memperhitungkan 3 aspek yang sangat penting, yaitu :

1.Tingkat Kompleksitas => Berhubungan dengan tingkat kesukaran dari suatu indikator
2.Daya Dukung Sekolah => Berhubungan dengan fasilitas sarana/prasarana dari sekolah masing-masing
3.Intake (Tingkat Kemampuan) Siswa => Berhubungan dengan kemampuan siswa sendiri.

Jadi, ketiga aspek dari KKM telah mencakup 3 segi yang penting, yaitu dari segi pelajaran itu sendiri, dari segi pihak sekolah dan dari segi siswa, sehingga nilai KKM untuk setiap indikator berbeda, juga nilai KKM untuk setiap pelajaran berbeda bahkan juga nilai KKM untuk semester 1 dan semester 2 dari pelajaran yang sama juga berbeda. Perbedaan nila KKM ini perlu disadari oleh guru karena setiap indikator memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda baik dari segi kesukaran pejarannya, daya dukung sekolah atau kemampuan siswanya.

Contoh :

Mata pelajaran Fisika SMA Kelas XI Semester 2
Standar Kompetensi :
2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar :
2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator :
2.1.1 Menerapkan dan memformulasikan konsep torsi pada berbagai bentuk benda tegar yang berhubungan dengan rotasi benda itu
2.1.6 Menganalisis masalah dinamika rotasi benda tegar dalam berbagai keadaan dengan menggunakan prinsip torsi, hukum II Newton maupun kekekalan energi

Perhatikan kedua indikator yang berasal dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sama. Guru Fisika pasti mengerti perbedaan jelas dari kedua indikator tersebut. Indikator yang pertama (nomor 2.1.1) jauh lebih mudah dibandingkan indikator kedua (nomor 2.1.6), karena indikator kedua membutuhkan analisis gaya dan analisis torsi yang tidak mudah, karena itu dari segi tingkat kompleksitas, indikator no. 2.1.6 labih tinggi daripada indikator no. 2.1.1.

Segi daya dukung sekolah juga harus diperhitungkan dalam menilai KKM, dari contoh di atas, tentu setiap sekolah akan berbeda-beda pendukungnya. Dukungan tersebut antara lain :

1.Buku pelajaran yang merata pada semua siswa
2.Modul pelajaran yang dibuat sendiri oleh guru
3.Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
4.Alat-alat Demo yang sesuai dengan materi
5.Alat-alat eksperimen
6.Animasi komputer (file flash, file swf, file mpg, dll) beserta komputer/note book dan proyektor LCD yang mendukung.
7.Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelas.
8.Suasana kelas yang menyenangkan.
9.Dll.

Sekolah yang memiliki dukungan-dukungan tersebut tentu dapat memberi poin yang lebih pada segi ini dibandingkan sekolah yang hanya mempunyai 1 atau 2 pendukung-pendukung tersebut. Inilah sebabnya penentuan KKM tidak bisa hanya melalui forum MGMP, karena tidak semua sekolah merata dalam hal daya dukung.

Satu segi lagi adalah dari Intake siswa atau kemampuan dasar siswa. Bagi sekolah-sekolah yang memberikan kriteria penerimaan siswa dari rata-rata nilai yang tinggi tentu akan berbeda dengan sekolah-sekolah yang menetapkan kriteria penerimaan siswa dari rata-rata yang lebih rendah. Ini juga yang menyebabkan guru setiap mata pelajaran harus dapat membuat nilai KKM-nya sendiri. Juga aspek intake siswa juga perlu memperhatikan gaya belajar siswa. Ada siswa yang gaya belajarnya kinestetik, gaya belajar audio maupun gaya belajar visual. Jika materi pelajaran yang disajikan dengan metode tertentu sudah sesuai dengan gaya belajar siswa atau kelas, maka kita bisa mengharapkan nilai yang tinggi pada aspek ini untuk indikator yang tertentu

Setelah kita mengerti hal ini, marilah kita melangkah lebih jauh untuk dapat membuat sendiri nilai KKM untuk mata pelajaran kita masing-masing.

Langkah 1 Buat indikator (berdasarkan SK dan KD pada standar isi)

Langkah 2 Buat KKM untuk setiap indikator berdasarkan 3 aspek (Tingkat kompleksitas, daya dukung sekolah dan intake siswa)

Langkah 3 Buat KKM KD, yaitu rata-rata seluruh KKM Indikator pada KD tersebut.

Langkah 4 Buat KKM SK, yaitu rata-rata seluruh KKM KD pada SK tersebut.

Langkah 5 Buat KKM Semester, yaitu rata-rata seluruh KKM SK pada semester tersebut.

Langkah yang pertama tidak akan dibahas pada postingan ini karena saya menganggap
semua guru sudah memiliki indikator di silabus mereka masing-masing.

Langkah ketiga sampai kelima hanyalah merata-ratakan nilai dari langkah yang sebelumnya, sehingga tidak usah dibahas dengan detil di sini.

Yang sangat perlu dibahas dengan detil adalah langkah ke-2, yang merupakan dasar dari seluruh KKM yang ada. Untuk setiap indikator, harus dianalisa tiga aspek KKM. Setiap aspek KKM memiliki cara penilaian yang berbeda. Setidaknya ada dua cara menilai KKM indikator. Perhatikan contoh di bawah ini :

Menilai KKM menggunakan skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran


Perhatikan aspek penilaian Kompleksitas, semakin tinggi kompleksitas maka nilainya semakin rendah. Hal ini berbeda dengan daya dukung dan intake siswa, semakin tinggi daya dukung, semakin tinggi juga nilainya. Demikian juga dengan intake siswa, semakin tinggi kemampuan siswa, maka smakin tinggi juga nilainya. Nilai-nilai di atas yang menyatakan mana nilai yang tinggi, sedang maupun rendah, bukanlah nilai yang mutlak, karena nilai tersebut bisa ditetntukan oleh guru itu sendiri, oleh kumpulan guru mata pelajaran, oleh pihak sekolah maupun oleh MGMP, jadi nilai yang ada di atas hanyalah sekedar gambaran saja.

Cara yang kedua dapat juga dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan. Cara ini lebih mudah daripada cara pertama, tetapi cara pertama lebih teliti daripada cara kedua.



Perhatikan penilaian kompleksitas yang berkebalikan dengan penilaian daya dukung maupun intake siswa.

Setiap indikator yang ada harus diberikan tiga penilaian di atas lalu jika hasilnya dirata-ratakan, maka jadilah yang namanya KKM indikator. Mudah kan???

Untuk penilaian cara kedua, jangan lupa untuk merata-ratakan sehingga diperoleh nilai tertinggi seratus, untuk itu perlu membagi dengan 9.

Contoh : Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:

(1 + 3 + 2)/9 x 100 = 66,7

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Contoh dari mata pelajaran fisika untuk satu Kompetensi Dasar :

Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/semester : XI IPA / semester 2
Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah



Untuk diperhatikan, nilai KKM SK (Standar Kompetensi) belum bisa ditentukan karena perlu mengetahui nilai KKM KD (Kompetensi Dasar) dulu dengan lengkap, karena pada SK tersebut, ada 2 KD. Tabel di atas hanya memperhitungkan satu KD saja. Demikian juga dengan KKM Semester yang adalah rata-rata dari KKM SK, harus menghitung dulu KKM SK pada semester 2 tersebut, yaitu ada 2 SK, maka KKM semester bisa dihitung.

Untuk melihat nilai KKM lengkap semester 2 kelas XI IPA SMA dalam pelajaran fisika, bisa mendownload disini

Dengan tetap mengingat bahwa nilai aspek daya dukung dan intake siswa pasti berbeda untuk tiap sekolah meskipun nilai kompleksitas mungkin sama.

Untuk kelas X di semester awal, tentu kita tidak bisa mengetahui bagaimana intake siswa yang sesungguhnya, karena itu bisa dicari dengan beberapa cara :

1.Dengan mengambil dulu nilai minimal sebagai batas masuk sekolah tersebut.
2.Dengan melihat nilai pretest untuk masuk ke sekolah (jika ada)
3.Dengan melihat nilai raport SMP dari siswa secara rata-rata
4.Dengan mengadakan pretest sendiri

Demikianlah penjelasan singkat saya supaya semua pembaca – terutama guru – dapat membuat sendiri nilai KKM-nya. Jika anda kurang puas, segeralah download penjelasan lengkap dari DEPDIKNAS melalui link di bawah ini.

PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Tahun 2008

Selasa, 27 Januari 2009

Penilaian Afektif Untuk Mata Pelajaran Fisika

Seperti yang telah kita ketahui, ada 3 macam ranah penilaian yang saat ini berlaku di sekolah-sekolah menurut kurikulum KTSP, yaitu :
1. Ranah Kognitif
2. Ranah Psikomotorik
3. Ranah Afektif.
Tulisan kali ini akan khusus membahas mengenai cara menilai ranah Afektif untuk Mata Pelajaran Fisika. Sebenarnya tulisan ini bisa juga diterapkan untuk mata pelajaran yang lainnya, tetapi contoh-contoh yang dibahas disini akan memakai contoh-contoh dari mata pelajaran fisika.
Seringkali bagi guru ranah Afektif dimengerti sebagai sikap siswa, apakah siswa itu baik atau tidak? Tetapi Penilaian Ranah Afektif ini ternyata jauh melebihi baik atau tidak nya sikap siswa.

HAKIKAT PEMBELAJARAN AFEKTIF
Menurut Bloom (1976), hasil belajar mencakup :
- Prestasi belajar (kognitif)
- Kecepatan belajar (Psikomotorik)
- Hasil afektif
Kurikulum KTSP di Indonesia mengambil pendapat Bloom ini sehingga guru harus dapat menilai ketiga ranah ini dengan baik.
Andersen (1981) juga sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari :
- Berpikir (kognitif)
- Berbuat (psikomotorik)
- Perasaan (afektif)
Ranah afektif yang dimaksud Andersen mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
Sebenarnya keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia (2008) menyebutkan ada 5 aspek yang harus diperhatikan oleh Guru dari ranah Afektif ini, yaitu :
1. Sikap
2. Minat
3. Konsep Diri
4. Nilai
5. Moral
Mari kita membahas hal ini satu demi satu.
1. SIKAP
Aspek penilaian SIKAP peserta didik bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
Jadi secara mudahnya, SIKAP berhubungan dengan suka atau tidak sukanya siswa terhadap pelajaran yang kita berikan.
2. MINAT
Aspek penilaian MINAT bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
Jadi secara mudahnya, MINAT berhubungan dengan keinginan atau kecenderungan hati siswa terhadap pelajaran yang kita berikan
3. KONSEP DIRI
Aspek penilaian KONSEP DIRI bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.
Jadi secara mudahnya, KONSEP DIRI berhubungan dengan pengenalan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.
4. NILAI
Aspek penilaian NILAI bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Jadi secara mudahnya, NILAI berhubungan dengan pandangan dan perilaku siswa tentang mana yang baik dan mana yang buruk
5. MORAL
Aspek penilaian MORAL bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang.
Jadi secara mudahnya, MORAL berhubungan dengan perasaan salah atau benar siswa terhadap orang lain maupun diri sendiri..

Nah, kelima aspek itulah yang harus dicermati dan dinilai oleh Guru untuk menentukan nilai ranah afektif peserta didik. Jadi kita jangan hanya melihat kebaikan anak saja moral anak saja. Aspek yang lain juga perlu untuk diperhatikan. Ketiga aspek yang pertama berhubungan dengan mata pelajaran yang kita berikan, dan dua aspek yang terakhir berhubungan dengan diri si anak tersebut.
Ingatlah bahwa ranah afektif peserta didik sangat berpengaruh terhadap ranah kognitif dan ranah psikomotor, sehingga jika kita sebagai guru mengetahui ranah afektif peserta didik dengan tepat, maka kita akan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat juga kepada siswa yang salah satunya bertujuan meningkatkan nilai afektif siswa.

CARA MENILAI RANAH AFEKTIF
Setidaknya ada beberapa cara yang dipakai untuk dapat menilai ranah afektif peserta didik, yaitu :
1. Pengamatan langsung di lapangan (di dalam kelas) oleh guru.
2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada peserta didik.
3. Melakukan wawancara langsung dengan peserta didik.
4. Melalui informasi dari rekan guru atau dari BK (Bimbingan Konseling) di Sekolah
5. Melalui kunjungan ke rumah peserta didik
Tentu saja sebagai guru kita harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan ini disebut instrumen penilaian Afektif. Instrumen Afektif bukanlah berupa soal, tetapi berupa tabel-tabel yang berisi pernyataan-pernyataan terhadap kelima aspek afektif di atas (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral). Penilaiannya dapat menggunakan skala-skala yang sudah dikenal dalam penilaian kuesioner/angket, misalnya :
1. Penilaian skala Thurstone
2. Penilaian skala Likert
3. Penilaian skala Beda Semantik, dll.
Contoh-contoh mengenai penggunaan skala ini ada di bawah. Sekarang kita akan melihat bagaimana menerapkan penilaian afektif untuk kelima aspek afektif tersebut.
a. Instrumen sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa negatif.
Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kuesioner.
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
- Saya senang membaca buku fisika
- Tidak semua orang harus belajar fisika
- Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran fisika
- Saya tidak senang pada tugas pelajaran fisika
- Saya berusaha mengerjakan soal-soal fisika sebaik-baiknya
- Memiliki buku fisika penting untuk semua peserta didik

b. Instrumen minat
Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan.
Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
- Catatan pelajaran fisika saya lengkap
- Catatan pelajaran fisika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
- Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran fisika
- Saya berusaha memahami mata pelajaran fisika
- Saya senang mengerjakan soal fisika.
- Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran fisika

c. Instrumen konsep diri
Definisi konseptual : konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya.
Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
Contoh pernyataan untuk instrumen:
- Saya sulit mengikuti pelajaran fisika
- Saya mudah memahami pelajaran fisika
- Saya mudah menghapal suatu fisika
- Saya lebih mudah menghafal daripada menghitung
- Saya mampu membuat karangan yang baik
- Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika
- Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
- Saya mampu membuat karya seni yang baik
- Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

d. Instrumen nilai
Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek.
Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
- Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
- Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
- Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
- Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
- Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
- Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya.

e. Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
- Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
- Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
- Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
- Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
- Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
- Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
- Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
- Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
- Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.
- Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.


SKALA INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Untuk melihat contoh tabelnya bisa di download di sini.

Contoh penerapan untuk mata pelajaran fisika bisa didownload di sini

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Penididkan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2008. SERI PENILAIAN KTSP : PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF.

Minggu, 11 Januari 2009

Gerak GLBB Horizontal untuk Benda Tunggal

Seperti telah kita ketahui, Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLLB) memiliki banyak sekali variasi soal-soal. Tetapi untuk pergerakan horizontal oleh benda tunggal, kita bisa mengelompokkannya hanya menjadi 10 variasi soal saja. Mengapa demikian? Gerak Lurus Berubah Beraturan sebenarnya hanya mempunyai 5 komponen fisika saja, yaitu :

==> Percepatan (a)
==> Kecepatan Awal (V0)
==> Kecepatan Akhir (Vt)
==> Selang Waktu (t)
==> Jarak Tempuh (s)

Dari kelima komponen tersebut, sebuah persoalan GLBB hanya terdiri dari tiga komponen yang diketahui besarnya, sedangkan 2 komponen lagi dicari besarnya. Perhatikan saja keempat rumus GLBB dibawah ini :

==> Vt = V0 + a.t --> Rumus ini tidak memasukkan komponen s
==> Vt2 = V02 + 2.a.s --> Rumus ini tidak memasukkan komponen t
==> s = V0.t + ½.a.t2 --> Rumus ini tidak memasukkan komponen Vt
==> s = (V0 + Vt). ½.t --> Rumus ini tidak memasukkan komponen a

Keempat rumus GLBB yang sering digunakan masing-masing hanyalah mengandung 4 komponen fisika saja. Dalam sebuah soal, tiga komponen haruslah diketahui baru komponen lainnya bisa dikerjakan. Karena itu kita bisa membuat 10 buah variasi soal (untuk benda tunggal), yaitu :

1. Diketahui komponen a, s, t, dicari komponen Vt dan atau V0
2. Diketahui komponen a, s, Vt dicari komponen V0 dan atau t
3. Diketahui komponen a, s, V0 dicari komponen Vt dan atau t
4. Diketahui komponen a, Vt, t dicari komponen V0 dan atau s
5. Diketahui komponen a, V0, t dicari komponen Vt dan atau s
6. Diketahui komponen Vo, s, t dicari komponen a dan atau Vt
7. Diketahui komponen Vt, s, t dicari komponen a dan atau V0
8. Diketahui komponen Vo, Vt, t dicari komponen a dan atau s
9. Diketahui komponen Vo, Vt, s dicari komponen a dan atau t
10.Diketahui komponen Vo, Vt, a dicari komponen t dan atau s

Jadi, jika kita ingin membuat soal-soal latihan GLBB horizontal dimana benda yang bergerak adalah tunggal, maka kita bisa membuat sampai 20 variasi soal yang berbeda jika yang ditanyakan hanya satu komponen saja.

Benda tunggal yang bergerak ini bisa berupa : mobil, kereta, roket, batu, sepeda, truk, ambulans, kapal, perahu, anjing, kucing, orang berjalan, orang berlari, pesawat terbang, motor, singa, kelinci, arus sungai, dan lain sebagainya.

So, gak usah susah lagi untuk membuat variasi soalnya ya...

Untuk menarik perhatian siswa lebih dalam pada persoalan GLBB ini, kita juga bisa menerapkan metode Fisika Gasing-nya Profesor Yohanes Surya dalam memecahkan soal-soal GLBB, selain tidak perlu menghafalkan rumus, juga asyik dan menyenangkan, Terimakasih Profesor Yo atas sumbangannya dalam bidang Fisika SMA.