Selasa, 27 Januari 2009

Penilaian Afektif Untuk Mata Pelajaran Fisika

Seperti yang telah kita ketahui, ada 3 macam ranah penilaian yang saat ini berlaku di sekolah-sekolah menurut kurikulum KTSP, yaitu :
1. Ranah Kognitif
2. Ranah Psikomotorik
3. Ranah Afektif.
Tulisan kali ini akan khusus membahas mengenai cara menilai ranah Afektif untuk Mata Pelajaran Fisika. Sebenarnya tulisan ini bisa juga diterapkan untuk mata pelajaran yang lainnya, tetapi contoh-contoh yang dibahas disini akan memakai contoh-contoh dari mata pelajaran fisika.
Seringkali bagi guru ranah Afektif dimengerti sebagai sikap siswa, apakah siswa itu baik atau tidak? Tetapi Penilaian Ranah Afektif ini ternyata jauh melebihi baik atau tidak nya sikap siswa.

HAKIKAT PEMBELAJARAN AFEKTIF
Menurut Bloom (1976), hasil belajar mencakup :
- Prestasi belajar (kognitif)
- Kecepatan belajar (Psikomotorik)
- Hasil afektif
Kurikulum KTSP di Indonesia mengambil pendapat Bloom ini sehingga guru harus dapat menilai ketiga ranah ini dengan baik.
Andersen (1981) juga sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari :
- Berpikir (kognitif)
- Berbuat (psikomotorik)
- Perasaan (afektif)
Ranah afektif yang dimaksud Andersen mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif.
Sebenarnya keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia (2008) menyebutkan ada 5 aspek yang harus diperhatikan oleh Guru dari ranah Afektif ini, yaitu :
1. Sikap
2. Minat
3. Konsep Diri
4. Nilai
5. Moral
Mari kita membahas hal ini satu demi satu.
1. SIKAP
Aspek penilaian SIKAP peserta didik bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
Jadi secara mudahnya, SIKAP berhubungan dengan suka atau tidak sukanya siswa terhadap pelajaran yang kita berikan.
2. MINAT
Aspek penilaian MINAT bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
Jadi secara mudahnya, MINAT berhubungan dengan keinginan atau kecenderungan hati siswa terhadap pelajaran yang kita berikan
3. KONSEP DIRI
Aspek penilaian KONSEP DIRI bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.
Jadi secara mudahnya, KONSEP DIRI berhubungan dengan pengenalan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.
4. NILAI
Aspek penilaian NILAI bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Jadi secara mudahnya, NILAI berhubungan dengan pandangan dan perilaku siswa tentang mana yang baik dan mana yang buruk
5. MORAL
Aspek penilaian MORAL bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang.
Jadi secara mudahnya, MORAL berhubungan dengan perasaan salah atau benar siswa terhadap orang lain maupun diri sendiri..

Nah, kelima aspek itulah yang harus dicermati dan dinilai oleh Guru untuk menentukan nilai ranah afektif peserta didik. Jadi kita jangan hanya melihat kebaikan anak saja moral anak saja. Aspek yang lain juga perlu untuk diperhatikan. Ketiga aspek yang pertama berhubungan dengan mata pelajaran yang kita berikan, dan dua aspek yang terakhir berhubungan dengan diri si anak tersebut.
Ingatlah bahwa ranah afektif peserta didik sangat berpengaruh terhadap ranah kognitif dan ranah psikomotor, sehingga jika kita sebagai guru mengetahui ranah afektif peserta didik dengan tepat, maka kita akan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat juga kepada siswa yang salah satunya bertujuan meningkatkan nilai afektif siswa.

CARA MENILAI RANAH AFEKTIF
Setidaknya ada beberapa cara yang dipakai untuk dapat menilai ranah afektif peserta didik, yaitu :
1. Pengamatan langsung di lapangan (di dalam kelas) oleh guru.
2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada peserta didik.
3. Melakukan wawancara langsung dengan peserta didik.
4. Melalui informasi dari rekan guru atau dari BK (Bimbingan Konseling) di Sekolah
5. Melalui kunjungan ke rumah peserta didik
Tentu saja sebagai guru kita harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan ini disebut instrumen penilaian Afektif. Instrumen Afektif bukanlah berupa soal, tetapi berupa tabel-tabel yang berisi pernyataan-pernyataan terhadap kelima aspek afektif di atas (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral). Penilaiannya dapat menggunakan skala-skala yang sudah dikenal dalam penilaian kuesioner/angket, misalnya :
1. Penilaian skala Thurstone
2. Penilaian skala Likert
3. Penilaian skala Beda Semantik, dll.
Contoh-contoh mengenai penggunaan skala ini ada di bawah. Sekarang kita akan melihat bagaimana menerapkan penilaian afektif untuk kelima aspek afektif tersebut.
a. Instrumen sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa negatif.
Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kuesioner.
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
- Saya senang membaca buku fisika
- Tidak semua orang harus belajar fisika
- Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran fisika
- Saya tidak senang pada tugas pelajaran fisika
- Saya berusaha mengerjakan soal-soal fisika sebaik-baiknya
- Memiliki buku fisika penting untuk semua peserta didik

b. Instrumen minat
Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan.
Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
- Catatan pelajaran fisika saya lengkap
- Catatan pelajaran fisika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
- Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran fisika
- Saya berusaha memahami mata pelajaran fisika
- Saya senang mengerjakan soal fisika.
- Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran fisika

c. Instrumen konsep diri
Definisi konseptual : konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya.
Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
Contoh pernyataan untuk instrumen:
- Saya sulit mengikuti pelajaran fisika
- Saya mudah memahami pelajaran fisika
- Saya mudah menghapal suatu fisika
- Saya lebih mudah menghafal daripada menghitung
- Saya mampu membuat karangan yang baik
- Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika
- Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
- Saya mampu membuat karya seni yang baik
- Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

d. Instrumen nilai
Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek.
Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
- Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
- Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
- Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
- Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat.
- Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.
- Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya.

e. Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.
Contoh pernyataan untuk instrumen moral
- Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
- Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
- Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
- Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain.
- Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
- Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
- Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
- Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
- Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.
- Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.


SKALA INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Untuk melihat contoh tabelnya bisa di download di sini.

Contoh penerapan untuk mata pelajaran fisika bisa didownload di sini

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Penididkan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2008. SERI PENILAIAN KTSP : PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF.

Minggu, 11 Januari 2009

Gerak GLBB Horizontal untuk Benda Tunggal

Seperti telah kita ketahui, Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLLB) memiliki banyak sekali variasi soal-soal. Tetapi untuk pergerakan horizontal oleh benda tunggal, kita bisa mengelompokkannya hanya menjadi 10 variasi soal saja. Mengapa demikian? Gerak Lurus Berubah Beraturan sebenarnya hanya mempunyai 5 komponen fisika saja, yaitu :

==> Percepatan (a)
==> Kecepatan Awal (V0)
==> Kecepatan Akhir (Vt)
==> Selang Waktu (t)
==> Jarak Tempuh (s)

Dari kelima komponen tersebut, sebuah persoalan GLBB hanya terdiri dari tiga komponen yang diketahui besarnya, sedangkan 2 komponen lagi dicari besarnya. Perhatikan saja keempat rumus GLBB dibawah ini :

==> Vt = V0 + a.t --> Rumus ini tidak memasukkan komponen s
==> Vt2 = V02 + 2.a.s --> Rumus ini tidak memasukkan komponen t
==> s = V0.t + ½.a.t2 --> Rumus ini tidak memasukkan komponen Vt
==> s = (V0 + Vt). ½.t --> Rumus ini tidak memasukkan komponen a

Keempat rumus GLBB yang sering digunakan masing-masing hanyalah mengandung 4 komponen fisika saja. Dalam sebuah soal, tiga komponen haruslah diketahui baru komponen lainnya bisa dikerjakan. Karena itu kita bisa membuat 10 buah variasi soal (untuk benda tunggal), yaitu :

1. Diketahui komponen a, s, t, dicari komponen Vt dan atau V0
2. Diketahui komponen a, s, Vt dicari komponen V0 dan atau t
3. Diketahui komponen a, s, V0 dicari komponen Vt dan atau t
4. Diketahui komponen a, Vt, t dicari komponen V0 dan atau s
5. Diketahui komponen a, V0, t dicari komponen Vt dan atau s
6. Diketahui komponen Vo, s, t dicari komponen a dan atau Vt
7. Diketahui komponen Vt, s, t dicari komponen a dan atau V0
8. Diketahui komponen Vo, Vt, t dicari komponen a dan atau s
9. Diketahui komponen Vo, Vt, s dicari komponen a dan atau t
10.Diketahui komponen Vo, Vt, a dicari komponen t dan atau s

Jadi, jika kita ingin membuat soal-soal latihan GLBB horizontal dimana benda yang bergerak adalah tunggal, maka kita bisa membuat sampai 20 variasi soal yang berbeda jika yang ditanyakan hanya satu komponen saja.

Benda tunggal yang bergerak ini bisa berupa : mobil, kereta, roket, batu, sepeda, truk, ambulans, kapal, perahu, anjing, kucing, orang berjalan, orang berlari, pesawat terbang, motor, singa, kelinci, arus sungai, dan lain sebagainya.

So, gak usah susah lagi untuk membuat variasi soalnya ya...

Untuk menarik perhatian siswa lebih dalam pada persoalan GLBB ini, kita juga bisa menerapkan metode Fisika Gasing-nya Profesor Yohanes Surya dalam memecahkan soal-soal GLBB, selain tidak perlu menghafalkan rumus, juga asyik dan menyenangkan, Terimakasih Profesor Yo atas sumbangannya dalam bidang Fisika SMA.